WHAT'S NEW?
Loading...

Berkeluh kesahlah di dalam hati

terispirasi oleh sepenggal tulisan kang Dadang Kadarusman yang berjudul malu mengeluh.

topik kali ini tentu tidak jauh dari kata “Mengeluh”, yang sudah jadi makanan sehari-hari yah hehehe

pernahkah anda berteman dengan penjual minyak wangi ? yang pernah pasti masih ingat betapa wanginya kita saat itu dan bukan hanya karena sering dapat bonus minyak wangi gratisan (pengalaman pribadi) tapi karna memang berteman dengan tukang minyak wangi mau tidak mau pasti ketularan wangi … ini kalau berteman dengan tukang minyak wangi, lantas, kalau berteman dengan penjual sate, pasti seikit banyak badan kita bakal bau asap kan hehe..

dua hal diatas sering diutarakan dalam bentuk “ujaran”, saya agak lupa pesisnya kalimatnya seperti apa, yang jelas kita belajar bahwa suka-suka tidak suka ternyata tindak tanduk kita dipengaruhi oleh lingkungan tempat kita berada…. kalimat itu sejujurnya tidak bermaksud agar kita “piluh-pilih” dalam berteman, karena kata”pilih-pilih” biasanya selalu berkonotasi negatif, secara pribadi saya menangkap bahwa kalimat itu mengingatkan kita agar jeli dalam berteman, “pilih-pilih” dan jeli tentu hal yang berbeda, jeli dalam artian agar kita tetap memiliki batasan dalam pertemanan, tujuannya adalah agar badan kita tidak ikut bau asap *berteman dengan tukang sate.

hubungnnya dengan berkeluh kesah adalah orang-orang yang suka mengeluh menurut saya bukanlah teman yang tepat. sekali lagi saya katakan bukan teman yang tepat.

tentu anda masih ingat bahwa kita lebih mudah tertular oleh keburukan ketimbang kebaikan.

nah “mengeluh” menurut saya adalah sebuah keburukan yang nyata.

mengeluh adalah tanda bahwa kita tidak mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Yang Kuasa. dan kita sama-sama tau Allah tidak menyukai orang yang tidak bersyukur. mengeluh bisa dilakukan oleh siapa saja, dan dimana saja, tercatat bahwa menengeluh bukan cuma dialami oleh-oleh orang-orang yang secara ekonomi kurang beruntung, tetapi juga dialami oleh kalangan berada, bahkan presiden pun “mengeluh” anda tentu masih ingat bukan he

topik yang dikeluhkan oleh para pengeluh amat beragam, mulai dari masalah keuangan, masalah hubungan percintaan, pekerjaan, lingkungan dan masih banyak lagi, tapi umunya orang yang mengeluh menyalahkan “sesuatu” yang bukan dirinya. menurut kang Dadang Kadarusman itu sama halnya dengan menganggap ada sesuatu yang salah, dan menyalahkan orang lain.

mengeluh saya anggap sebagai virus, mengapa, karena ketika anda mendengarkan orang yang sedang mengeluhkan kehidupannya dan ternyata apa yang dia keluhkan +- sama dengan yang anda alamai, (anda mengamini) maka dengan serta merta andapun akan ikut mengeluh, bahkan tak jarang keluhan yang keluar dari mulut semakin banyak dan menyebar. ujung-ujungnya hidup anda akan “loyo” karna anda mengganggap tidak ada yang pro dengan anda, dan ini sangat-sangat menurunkan produktifitas.

orang yang mengeluh juga secara tidak langsung akan menurunkan drajat kewibawaanya, anda tentu pernah mendengar presiden mengeluh… dan selepas mendegar keluhannya, apa yang anda rasakan.. tepat sekali rasa kagum, hormat kita akan berkurang. itu tidak seberapa dibanding kita tertular virusnya dan ikut-ikutan mengeluh.

jadi apakah anda masih ingin mendengarkan keluhan-keluhan dilingkungan anda ?

yang perlu kita inggat bahwa allah berjanji menambah nikmat orang-orang yang pandai bersyukur, dan orang-orang yang pandai bersyukur bukan lah orang yang suka mengeluh.

memang sudah menjadi kodradnya kita manusia ini sulit bersyukur, sehingga memang perlu latihan yang terus-menerus agar kadar “mengeluh” kita semakin rendah, caranya ya itu tadi, mengeluh lah di dalam hati. karena dengan itu tidak akan ada orang yang tau anda mengeluh, dan ini akan membantu mengurangi penyebaran virus mengeluh.

mari bersyukur…

 

keep reading.

 

Trimakasih telah berkunjung

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda