Tolong jangan bahas kealayan judul posingan kali ini , karena saya berani menggaransi bahwa saya sudah keluar dari zona alay .
oke let’s back to topic, rasanya saya pernah menulis disalah satu postingan bahwa “memilih” adalah sebuah proses yang tidak pernah mudah. contoh simplenya memilih baju yang dipakai sebelum nge-date (buat cewek yah) hehehe. bebapa waktu yang lalu saya sempat jalan-jalan ke medsos dan berhasil mencuri sedikit ilmu, bagaimana cara memilih sebuah produk, yang pada akhirnya akan kita beli. ilmu ini berlaku untuk banyak hal yah, mulai dari memilih Kendaraan, Laptop, Ponsel, Pakaian dan lain sebagainya yang kita beli. ingat yang kita beli, jangan sampai ada kejadian ilmu ini dipakai untuk milih jodoh yah bisa kacau dunia ..
oke ada 3 hal yang harus diperhatikan ketika memilih suatu produk yaitu : (1) Budged (2) Kebutuhan (3) Keinginan.
ketika hal tersebut harap jangan dibalik. karena itu disusun untuk kita-kita yang memang punya budged tipissssssssss…..
sedangkan untuk ente kalangan profesional yang tidak suka foya-foya maka rulenya menjadi : (1) Kebutuhan (2) budged (3) keinginan
dan terakhir, buat kaum yang puya uang sekarung, dan apartemen dimana-mana maka rulenya boleh saja menjadi (1) Keiginan (2)kebutuhan (3) Budged
anda bebas menggunakan aturan manapun, sesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi anda. biar jelas kita paparkan sedikit point by point.
- (Budged) pembatasan terhadap jumlah $$ yang anda alokasikan untuk meminang benda idaman, ini sangat penting kalau anda tidak ingin mendadak “kere”. sejujurnya tidak ada batasan dalam budgeting, batasannya adalah “anda” (kemampuan keuangan anda). dan bagaimana rencana hidup anda kedepan, pendeknya hanya anda yang tau berapa besar budged anda untuk …..
- (Kebutuhan) seringkali banyak dari kita (mungkin termasuk saya ) yang kurang jujur, kejujuran adalah inti dari point dua. tanpa kejujuran anda hanya akan mereka-reka kebutuhan bahkan tidak jarang menganggap keiginan sebagai kebutuhan. kebutuhan berarti apa yang ada benar-benar butuhkan.
- (Keinginan) jujur saja, sebagian besar besar “barang” yang kita beli berasal dari sebuah keinginan yang menyatu dengan harapan, semakin kuat keinginan maka semakin besar pula kemungkinan untuk “membeli”, namun sayangnya kadang kita tidak menginginkan sesuatu yang kita butuhkan sehingga satu dua kali keinginan bersekongkol dengan kebutuhan sehingga menjadi suatu dorongan yang sangat kuat yang pada akhirnaya dapat saja menjebol “budged”. masalahnya adalah ketika yang kita beli ternyata hal yang tidak kita butuhkan maka ujung-ujungnya “barang” tersebut hanya akan menajadi sesuatu yang mubazir. tak bermanfaat, bahkan bisa saja tidak digunakan. ini yang berusaha dihindari.
so.. terserah kepada anda, memilih pendekatan yang mana, sesuaikan dengan isi kantong belakang masing-masing
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda