WHAT'S NEW?
Loading...

Al4y = Normal

Stop.
Jangan protes dulu, baca dulu sampai habis baru ente boleh ngoceh he he he

Siapa yang tidak tau alay.
Ayo ngacung!
Alay kadang juga disebut sebagai anak layangan, anak lebay, anak layu, dan masih banyak sebutan lainnya...
Sebenarnya merupakan pendefinisian terhadap sebuah kondisi psikologis yang masih labil.

Yah seperti layangan, kesana kemari mengikuti arah angin.
Anak alay pun cenderung seperti itu, mereka masih suka ikut ikut an, hal hal yang menurut orang dewasa norak atau berlebihan, makanya lahir lah istilah lebay, yang sangat sering digunakan untuk menggambarkan kondisi alay.

Alay umumya menyerang kaum remaja(kayak penyakit aja), yang sedang dalam proses mencari jati diri. Alay sebenarnya bukan lah momok yang menakutkan, sebab menurut pantauan saya, alay hampir dialami oleh semua orang, cuman memang kadar kealayannya berbeda beda.
Anak yang tinggal di keluarga yang lebih bebas mungkin saja bakal mampir mengalami sindrom kealayan yang lebih parah, sedangkan anak yang tinggal di keluarga yang lebih ketat, mungkin saja, tingkat infeksi nya lebih rendah, karena ekspresinya cendrung lebih dibatasi oleh adat atau norma.

Namun sepanjang tindakan kealayan yang dialami masih dalam taraf wajar, saya rasa kondisi alay, tidak perlu terlalu dirisaukan.
Namun jika sudah sampai pada fase yang menjurus hal yang negatif, saya rasa kita sebagai orang yang dituakan wajib mengambil tindakan.

Secara gamblang alay dapat digambarkan sebagai berikut.
Balita>>anak-anak>>remaja>>alay>>dewasa.

Sehingga secara gamblang dapat kita pahami bahwa semua orang dewasa pasti melewati massa alay, hanya saja beberapa mungkin tidak ketahuan, karena tingkat infeksi nya rendah. Hehehe.

Nah lalu mengapa beberapa tahun terakhir, kondisi alay seperti mendunia (gejala nasional)
Menurut pendapat saya hal ini karena, secara nasional kita sedang mengalami penurunan tingkat ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku, akibatnya beberapa ekspresi personal yang sebelumnya dianggap tabu, perlahan namun pagi menjelma menjadi sesuatu yang diangap wajar.
Faktor globalisasi, yang menyebabkan terbukanya sarana informasi seperti telepon,sms dan internet, juga membuka peluang lebih besar pada kebebasan berekspresi masyarakat (remaja calon alay) maka tidak salah jika alay awalnya diidentikkan dengan gaya tulisan yang susah dibaca, lalu menyebar ke area lain.

Namun sekali lagi jika tindakan tersebut masih dapat ditolerir oleh ajaran agama yang dianut, saya rasa hal tersebut tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
Karena kondisi alay, dengan sendirinya akan sirna seiringnya dengan waktu (kedewasaan yang muncul).

Disadur dari berbagi sumber dan hasil pengamatan serta pengalaman.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda